PENYEBAB KERUSAKAN GEMPABUMI PESISIR SELATAN, SUMBAR
BMKG - GEMPABUMI kuat yang mengguncang sebagian besar wilayah Sumatera pada 2 Juni 2016 menyebabkan 951 rumah mengalami kerusakan dan lebih dari 30 orang menderita luka-luka di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Guncangan gempabumi ini tidak hanya dirasakan di sebagian besar wilayah Sumatera saja, tetapi juga dirasakan hingga Negara tetangga, Malaysia dan Singapura.
Jumlah Kerusakan
Di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, kerusakan rumah akibat gempabumi tersebar di berbagai desa di Kecamatan Jurai, Kecamatan Sutera, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Ranah Pesisir, dan Kecamatan Lengayang. Sementara itu di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, kerusakan rumah juga banyak terjadi di desa-desa di Kecamatan Lubuk Pinang, Kecamatan V Koto, dan Kecamatan XIV Koto.
Potensi terjadinya kerusakan akibat gempabumi sebenarnya sudah dapat diketahui berdasarkan peta tingkat guncangan (shake map) BMKG segera setelah terjadinya gempabumi. Peta tingkat guncangan merupakan peta estimasi sebaran dampak guncangan gempabumi yang sedang terjadi.
Berdasarkan peta ini, diketahui bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dan Mukomuko yang lokasinya paling dekat dengan pusat gempabumi mengalami guncangan dengan skala intensitas mencapai III SIG BMKG atau setara dengan VI MMI. Artinya wilayah ini mengalami dampak gempabumi berupa kerusakan ringan.
Peta tingkat guncangan gempabumi BMKG berhasil memprediksi dampak gempabumi dengan baik. Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan dan Mukomuko ternyata benar-benar mengalami kerusakan.
Data kerusakan akibat gempabumi menunjukkan bahwa total jumlah kerusakan akibat gempabumi di Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 856 rumah, dengan rincian 656 rusak ringan, 178 rusak sedang, dan 22 rumah rusak berat. Sementara jumlah kerusakan akibat gempabumi di Mukomuko sebanyak 95 rumah dengan rincian 62 rusak ringan, 15 rusak sedang, dan 18 rumah rusak berat. Sehingga total kerusakan rumah akibat gempabumi di 2 kabupaten ini mencapai 951 rumah.
Penyebab Kerusakan
Terkait dengan peristiwa gempabumi Pesisir Selatan dan Mukomuko yang menimbulkan kerusakan, ada beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh beberapa warga. Mengapa gempabumi berkekuatan relative kecil M=6,6 dengan kedalaman hiposenter 69 kilometer dapat menimbulkan terjadinya kerusakan banyak bangunan rumah?
Pertanyaan diatas dapat dijelaskan, karena ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kerusakan bangunan rumah akibat gempabumi terkait kondisi lingkungan di Pesisir Selatan dan Mukomuko, yaitu: (1) rendahnya kualitas bangunan rumah, (2) efek kondisi tanah setempat, dan (3) efek topografi perbukitan.
Bangunan rumah dengan kualitas yang rendah dan tidak memenuhi standar aman gempabumi akan lebih mudah mengalami kerusakan jika diguncang gempabumi. Jika kita amati foto-foto kondisi bangunan rumah yang mengalami kerusakan akibat gempabumi yang tersebar di media, tampak bahwa seluruh bangunan rumah yang mengalami kerusakan merupakan bangunan dengan kualitas rendah.
Hal ini tampak pada kenampakan kondisi rendahnya kualitas material bangunan batako yang hancur berkeping karena rapuh. Selain itu juga banyak kenampakan batako yang terlepas satu sama lain yang menunjukkan kondisi campuran atau adonan semen yang tidak bagus saat membangun rumah.
Beberapa foto juga menunjukkan tidak adanya besi yang kokoh sebagai tulangan bangunan tembok. Bangunan dengan kualitas rendah semacam ini tentu sangat rentan terhadap guncangan gempabumi kuat. Meskipun bangunan tidak mengalami rubuh total saat diguncang, bagunan semacam ini akan mengalami kerusakan berupa retak-retak pada dindingnya.
Tingkat kerusakan bangunan rumah tidak hanya tergantung kepada kekuatan gempabumi dan jaraknya dengan episenter. Akan tetapi kondisi tanah setempat juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan rumah. Fenomena semacam ini dikenal sebagai efek tanah setempat (local site effect) akibat gempabumi.
Jika kita tinjau kawasan Pesisir Selatan, Sumatera Barat, tampak bahwa secara geologis daerah dengan morfologi dataran ini tersusun oleh endapan permukaan (aluvium) yang tersusun atas material lanau, pasir, dan kerikil. Sementara itu untuk wilayah pesisir Mukomuko secara geologis juga tersusun oleh material lunak seperti kerikil, pasir, lanau, lumpur, dan lempung. Bahkan di beberapa wilayah kondisi geologisnya tersusun atas endapan rawa seperti pasir, lanau, lumpur, dan lempung.
Material tanah lunak di dataran alluvial yang memiliki ketebalan tertentu dapat mengalami resonansi saat terjadi gempabumi. Fenomena resonansi ini selanjutnya dapat berkembang dan memicu terjadinya amplifikasi guncangan gempabumi. Sehingga meskipun kekuatan gempabumi relatif kecil, karena terjadi amplifikasi getaran maka akan mengakibatkan kerusakan rumah yang cukup parah.
Jika kita perhatikan persebaran kerusakan, ternyata kerusakan rumah tidak hanya terjadi di dataran aluvial. Kerusakan bangunan rumah juga terjadi di daerah perbukitan di wilayah Pesisir Selatan dan Mukomuko di bagian timur yang medannya berupa perbukitan.
Saat terjadi gempabumi, kerusakan rumah dapat dipicu oleh fenomena efek topografi. Ini sangat mungkin mengingat daerah tersebut medannya berbukit. Efek topografi dalam peristiwa gempabumi sangat berpotensi menimbulkan kerusakan berkaitan dengan meningkatnya percepatan getaran tanah akibat kondisi medan yang berupa perbukitan.***
DARYONO
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG
Twitter: @daryonobmkg
.