Post Title

GEMPABUMI DAN GELOMBANG LAUT ADALAH FENOMENA ALAM BIASA

1198

BMKG - SELAMA 10 hari terakhir wilayah Indonesia telah diguncang 3 peristiwa gempabumi signifikan yang menimbulkan kerusakan. Pertama adalah gempabumi yang mengguncang wilayah Sumatera barat dan Bengkulu M 6,5 pada 2 Juni 2016. Gempabumi ini merusak lebih dari 2.000 bangunan rumah.

Kedua, adalah gempabumi dengan hiposenter di Lempeng Laut Maluku dengan kekuatan M 6,4 yang mengguncang Maluku Utara dan Manado pada 8 Juni 2016. Gempabumi ini dilaporkan merusak lebih dari 35 rumah di Pulau Mayau dan Tifure, Maluku Utara.

Dan ketiga, adalah gempabumi Samudera Hindia berkekuatan M 6,0 di luar zona subduksi selatan Lombok pada 9 Juni 2016, yang mengguncang Bali, Lombok, Sumbawa dan sebagian Jawa Timur. Gempabumi ini dilaporkan menimbulkan kerusakan ringan pada beberapa bangunan rumah di Lombok.

PATUT BERSYUKUR
Meningkatnya aktivitas seismik di wilayah Indonesia akhir-akhir ini menjadikan beberapa warga merasa resah dan kemudian melontarkan kepada BMKG: Apakah beberapa gempabumi kuat yang terjadi akhir-akhir ini merupakan pertanda akan ada peristiwa gempabumi yang lebih kuat lagi? Tentu saja setiap gempabumi yang terjadi belum tentu menjadi pertanda akan terjadi gempabumi besar.

Beberapa peristiwa gempabumi signifikan tersebut di atas terjadi pada zona gempabumi yang berbeda. Sementara setiap zona seismogenik memiliki medan tegangan dan karakteristik sendiri-sendiri yang belum tentu terkait satu sama lain. Sehingga ketiga peristiwa gempabumi yang terjadinya secara hampir bersamaan tersebut hanya kebetulan saja, artinya selain berjauhan, medan tegangan di zona gempa pada masing lokasi tersebut memang sudah mencapai maksimum, hingga kemudian terjadi pelepasan energi stress berupa deformasi batuan yang dimanifestasikan sebagai peristiwa gempabumi.

Seluruh masyarakat yang tinggal di zona aktif gempabumi agar memahami bahwa peristiwa gempabumi adalah proses pelepasan tegangan di kulit Bumi, sehingga kita patut bersyukur jika terjadi gempabumi dan tidak timbul korban karena medan tegangan yang terakumulasi di daerah tersebut menjadi berkurang atau bahkan habis.

GELOMBANG TINGGI
Selain kekhawatiran akan terjadinya gempabumi kuat, masyarakat khususnya di pesisir selatan Pulau Jawa saat ini merasa resah karena adanya aktivitas gelombang laut yang tinggi. Fenomena terjadinya gelombang tinggi yang terjadi di Samudera Hindia saat ini tidak ada hubungannya dengan peristiwa tsunami. Ini adalah jawaban dari isu yang beredar dan disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Menurut BMKG fenomena gelombang tinggi yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: dinamika pasang surut, munculnya anomali positif tinggi muka air laut di wilayah Indonesia, serta terjadinya fenomena penjalaran alun (swell) akibat munculnya pusat tekanan tinggi di sebelah baratdaya Australia.

Memang, dengan kondisi gelombang laut yang tinggi seperti saat ini, masyarakat di pesisir barat Sumatera, selatan Jawa, Bali, NTB dan NTT dihimbau agar selalu waspada. Namun demikian kami tegaskan bahwa fenomena gelombang laut tinggi yang terjadi tidak ada kaitan/hubungannya dengan peristiwa tsunami.

Wilayah kita memang aktif gempabumi karena terletak di zona tumbukan tiga lempang utama dunia. Sehingga tingginya aktivitas gempabumi di wilayah Indonesia merupakan hal biasa dan wajar.

Selain itu posisi wilayah Indonesia yang terletak di antara benua Auatralia dan Asia dan diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia tentu memiliki karakteristik cuaca dan iklim yang khas, termasuk kondisi ekstrim terkait meteo-oseanografi seperti gelombang tinggi yang sedang berlangsung saat ini. Semua peristiwa alam diatas adalah fenomena alam biasa yang sedang berlangsung dan akan berakhir dengan sendirinya. Ini kesempatan kita untuk belajar memahami alam sekitar, sehingga tidak perlu takut dan khawatir berlebihan jika terjadi lagi di kemudian hari.***

DARYONO
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG
Twitter: @daryonobmkg

.

.